.

Tinkerbell Glitter

Rabu, 29 Agustus 2012

7 Penyebab Anak Susah Tidur

Batita butuh waktu tidur sekitar 12 jam sehari. Pembagiannya 10,5 jam di waktu malam, 1-2 jam di siang hari. Tidur adalah istirahat yang paling baik. Ketika tidur, organ-organ tubuh beristirahat, meregenerasi sel, melakukan detoksifikasi, sehingga ketika bangun, tubuh akan kembali bugar, baik fisik maupun mental.

Umumnya, jadwal tidur anak sudah terpola. Jika biasanya ia tidur pukul sembilan malam, ia akan mengantuk dan tidur pada jam tersebut. Bisa lebih cepat atau lebih lambat namun rentang waktunya tidak terlalu jauh sekitar satu jam. Jika rentang waktunya cukup jauh sekitar dua jam, tandanya anak mengalami kesulitan tidur.

Hanny Muchtar Darta, El Parenting Consultant - PSYCH-K Practitioner dari RADANI-EL CENTER Jakarta menjelaskan sejumlah penyebab sulit tidur pada anak beserta cara mengatasinya berikut ini:

1. Ada bagian tubuh yang sakit.

Karena terlalu asyik bermain biasanya anak-anak tidak merasakan ada bagian tubuh yang sakit. Bisa saja ketika bermain, kaki si kecil terpelintir atau jatuh, dan sebagainya. Malamnya, setelah ia lelah dan mau tidur barulah terasa sakitnya.

Solusi: Tanyakan pada anak, apakah ada bagian tubuhnya yang sakit, mulai atas sampai bagian bawah tubuh, sambil Anda memegangnya secara pelan-pelan. Jika ada bagian tubuh yang sakit segeralah kurangi rasa sakitnya agar ia merasa nyaman. Kemudian, lanjutkan dengan melakukan ritual tidur yang menjadi kebiasaan Anda dan anak, misalnya membacakan buku, bersenandung lagu tidur untuk anak atau bercerita karangan Anda, dan lainnya.

2. Terlalu lelah.

Tubuh akan terasa tidak nyaman jika terlalu lelah. Pegal di kaki, tangan, pinggang, bagian belakang tubuh, bahkan sakit kepala. Wajar jika kemudian anak menjadi sulit tidur. Ciri-cirinya, biasanya anak menggeliatkan tubuhnya sambil meringis perlahan.

Solusi: Coba pijat perlahan di bagian yang mungkin terasa pegal. Jika perlu, gunakan minyak telon supaya tubuhnya hangat sehingga anak merasa lebih nyaman. Seiring dengan kenyamanan yang didapat dan rasa kantuknya yang semakin kuat, biasanya anak akan terlelap.

3. Ketidaknyamanan fisik.
Apakah Anda baru pindah rumah, pindah kamar atau membeli furnitur baru? Biasanya anak membutuhkan penyesuaian terhadap keadaan ruangan atau peralatan tidur baru.

Solusi: Sampaikan dengan jelas dan secara baik-baik, kenapa hal baru itu terjadi. Sebaiknya hal tersebut disampaikan sebelumnya sehingga anak tidak kaget. Jika semua dilakukan untuk kebaikan, Anda pun harus yakin si kecil pasti akan mampu melewati masa transisi dengan baik dan temani jika diperlukan.

Pastikan di kamar hanya ada tempat tidur dan lemari pakaian. Hindari meletakkan televisi, mainan di kamar atau meja belajar. Kamar tidur benar-benar hanya untuk tidur dan beristirahat.

Biasakan selalu mematikan lampu dan buat suasana kamar gelap atau remang-remang, karena hormon melatonin bekerja dalam keadaan gelap. Pada saat ini hormon pertumbuhan akan bekerja dengan baik sehingga anak tumbuh sehat dengan daya tahan tubuh yang baik. Jika Anda ingin membacakan buku, gunakan lampu baca clip on agar anak merasa nyaman sehingga bisa tidur nyenyak.

4. Tidur sendiri atau bersama orangtua.
Hal ini akan memengaruhi kebiasaan tidur anak. Apalagi jika di ruangan ada televisi atau terbiasa kerja di kamar tidur karena sedang dikejar deadline. Ketidaktenangan suasana kamar ini akan memengaruhi anak.

Solusi: Sebaiknya anak dibiasakan tidur sendiri sejak dilahirkan. Jika Anda belum bisa berpisah dengan anak, sebaiknya ketika Anda sibuk menyelesaikan pekerjaan, maka kerjakanlah di luar kamar supaya anak bisa tidur dengan tenang.

5. Pola makan malam.
Apakah anak makan dengan pola gizi seimbang atau terlalu banyak makan karbohidrat dan manis-manis, misalnya?

Solusi: Sebaiknya anak dibiasakan makan dengan pola makan yang beragam, bergizi, dan berimbang sesuai dengan kebutuhan usia batita. Pastikan anak sudah makan dan minum yang cukup sehingga tidak merasa lapar dan haus ketika akan tidur. Jika benar ia lapar atau haus, segera atasi. Sebaiknya, berikan makan atau minum dalam posisi duduk supaya ia tidak tersedak. Pastikan perut anak dalam kondisi kenyang sebelum tidur.

6. Ketidaknyamanan emosi.
Ketidaknyamanan emosi biasanya terjadi jika anak mengalami emosi negatif yang cukup traumatik. Seperti, anak ketika bermain ditakut-takuti, pertama kali melihat hal-hal baru yang memberikan perasaan takut, semisal barongsai, badut karakter, dan sebagainya.

Biasanya, ketidaknyamanan juga bisa berasal dari ayah bundanya yang merasa tidak tenang, tidak nyaman, khawatir karena harus pergi melakukan perjalanan dinas. Perasaan negatif ini akan tertransmisikan kepada anak sehingga anak pun merasa tidak nyaman, tidak tenang, akibatnya ia kesulitan tidur.

Solusi: Ketika anak merasa takut saat melihat badut dari kejauhan, sebaiknya Anda bertahap mengajaknya melihat lebih dekat. Kemudian, jelaskan kalau badur itu juga orang hanya berpakaian karakter dan sebagainya.

Seharusnya Anda menyampaikan rencana trip tersebut dengan baik menggunakan bahasa yang dimengerti oleh anak dan sampaikan bahwa ada yang akan menemaninya, seperti ayah, ibu, mbak, eyang. Selain itu siapkan cerita yang sudah direkam untuk anak dengarkan ketika mau tidur. Jika Anda tenang, anak pun akan merasakan ketenangan tersebut.

7. Ketidakharmonisan keluarga.
Hubungan yang tidak harmonis di dalam keluarga turut berperan membuat anak sulit tidur. Sebab, perasaan tidak nyaman orangtua, energi negatifnya akan tertransmisikan kepada anak sehingga ia ikut merasakan ketidaknyamanan di dalam rumah dan hal ini membuat anak sulit tidur.

Solusi: Yang perlu dilakukan adalah menyelesaikan dahulu segala ketidakharmonisan yang ada di dalam rumah. Jika perlu libatkan ahli seperti psikolog atau terapis keluarga, supaya permasalahan cepat tuntas. Sambil menyelesaikan masalah keluarga, berikan ketenangan, perlindungan, dan kasih sayang kepada anak. Jika anak merasa lebih nyaman, ia akan lebih mudah tidur.(*)